Selasa, 09 Agustus 2011

STRATEGI “RE-KREASI” DALAM PENGAJARAN APRESIASI PUISI DI KELAS X SMA NEGERI MODEL TERPADU MADANI


Moh. Darman Darwis  *)

Abstrak: Kegiatan mengapresiasi sastra dalam pengajaran sastra di SMA telah diperhadapkan berbagai masalah. Masalah tersebut berhubungan dengan beberapa faktor, yakni sarana, guru, siswa, buku sastra, dan sistem ujian. Dalam tulisan ini dimaksudkan untuk memperkenalkan salah satu kiat atau strategi dalam pengajaran apresiasi puisi di SMA. Strategi yang penulis ingin paparkan yaitu berkenaan dengan kegiatan “re-kreasi’ (penciptaan kembali) dalam pengajaran apresiasi puisi. Uraian ini diangkat berdasarkan pengalaman penulis dalam melaksanakan kegiatan proses belajar-mengajar apresiasi puisi di SMA.

Kata-kata kunci: re-kreasi, rekreasi, apresiasi puisi, implementasi.


Pengajaran sastra, menurut Kurikulum 1994 (Depdikbud, 1993), dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasi sastra. Dalam pengajaran sastra, kegiatan mengapresiasi sastra bukan sekadar menikmati dan memahami sastra, melainkan juga menggali nilai dan hikmah sastra serta pada akhirnya sampai pada sikap mencintai karya sastra. Siswa tidak cukup hanya dibekali dengan pengetahuan dan sejarah sastra semata, melainkan juga pengalaman kreatif mencipta dan membahas karya sastra. Kegiatan mengapresiasi sastra berkaitan erat dengan pelatihan mempertajam perasaan, penalaran, daya imajinasi, kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan lingkungan hidup.
Menurut Moody (dalam Rahmanto Ed., 1988) menyatakan bahwa pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh jika cakupannya  meliputi empat manfaat, yakni (1) membantu keterampilan berbahasa, (2) meningkatkan pengetahuan budaya, (3) mengembangkan cipta, rasa, dan karsa, serta (4) menunjang pembentukan watak.
Sehubungan dengan pernyataan tersebut, kegiatan mengapresiasi sastra dalam pengajaran sastra di sekolah khususnya di SMA banyak dihadapkan pada sejumlah masalah. Masalah-masalah itu berhubungan dengan faktor-faktor (1) sarana, (2) guru, (3) siswa, (4) buku sastra, dan (5) sistem ujian (Suharianto, 1981). Terhadap berbagai masalah tersebut telah dilakukan berbagai upaya pembinaan, pengembangan, dan pemecahan masalah. Akan tetapi, permasalahan dalam mengajarkan sastra belum terpecahkan. Oleh karena itu, sebagai guru yang kreatif dan inovatif kiranya perlu menciptakan kiat-kiat atau strategi untuk memecahkan masalah pengajaran apresiasi sastra di sekolah.
Dalam artikel ini dimaksudkan untuk memperkenalkan salah satu kiat atau strategi dalam pengajaran apresiasi sastra, khususnya apresiasi puisi di tingkat SMA.. Strategi yang penulis maksudkan dalam tulisan ini berkenaan dengan kegiatan “re-kreasi” (penciptaan kembali) dalam pengajaran puisi. Tulisan ini diangkat berdasarkan pengalaman penulis melaksanakan kegiatan proses belajar-mengajar baik di tingkat SMP maupun  SMA.

PENGAJARAN APRESIASI PUISI di SMA
Pengajaran apresiasi puisi termasuk ke dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia. Dalam Kurikulum Pendidikan Dasar (Suplemen GBPP) 1994 dimuat tujuan pengajaran agar siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual (berpikir kreatif, menggunakan akal sehat, menerapkan pengetahuan yang berguna, dan memecahkan masalah), kematangan emosional dan sosial. Kemudian mampu menikmati, memahami dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta menigkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa (Depdikbud, 1999).
Seiring dengan itu, Kurikulum 2004 (Depdiknas, 2003) Sekolah Menengah Atas, dijelaskan bahwa tujuan pemelajaran Bahasa dan Sastra, yaitu mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra utuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa; dan menghargai sastra sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Paparan berikut akan disajikan (1) tujuan pengajaran khusus sastra, termasuk ke dalamnya puisi, dan (2) situasi kondisi pengajaran piusi. Sajian tentang tujuan pengajaran sastra diperlukan sebagai rambu-rambu agar pembahasan memenuhi sasaran. Sajian tentang situasi dan kondisi pengajaran apresiasi puisi diperlukan sebagai pangkal tolak pengembangan strategi re-kreasi dan rekreasi.

Tujuan Pengajaran Sastra
Dalam Kurikulum Pendidikan Dasar (Suplemen GBPP) 1994 (Depdikbud, 1999) telah dicantumkan rambu-rambu tujuan pengajaran sastra, yaitu pembelajaran dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasi karya sastra. Kegiatan mengapresiasi sastra berkaitan erat dengan latihan mempertajam perasaan, penalaran, dan daya khayal, serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan lingkungan hidup. Seiring dengan itu, dalam Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia  (Depdiknas, 2003) telah dicantumkan standar kompetensi bahan kajian bahasa  Indonesia, yaitu (1)  mampu mendengarkan, memahami, dan mengapresiasi ragam karya sastra (puisi, prosa, drama) baik karya asli maupun saduran/terjemahan sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, (2) membahas dan mendiskusikan ragam karya sastra di atas sesuai dengan isi dan konteks lingkungan dan budaya, (3) membaca dan memahami berbagai jenis dan ragam karya sastra, serta mampu melakukan apresiasi secara tepat, (4) mengapresiasi karya sastra yang diminati (puisi, prosa, drama) dalam bentuk sastra tulis yang kreatif, serta dapat menulis kritik dan esai sastra berdasarkan ragam sastra yang sudah dibaca.
 Tujuan rambu-rambu tersebut membuka peluang bagi guru untuk merekayasa kegiatan belajar-mengajar dengan menerapkan strategi yang tepat. Tujuan pengajaran sastra, oleh Wardani (1981) diklasifikasikan dalam empat tingkatan, yaitu (1) tingkat menggemari, (2) tingkat menikmati, (3) tingkat mereaksi, dan (4) tingkat menghasilkan. Tingkat menggemari ditandai oleh rasa tertarik terhadap karya sastra serta berkeinginan membacanya. Pada tingkat menikmati, seorang siswa mulai dapat menikmati karya sastra karena keinginan sudah mulai tumbuh. Tingkat mereaksi ditandai oleh adanya keinginan siswa untuk menyatukan pendapatnya tentang karya sastra yang telah dinikmati. Sedangkan dalam tingkat menghasilkan ditandai oleh adanya keinginan siswa untuk menghasilkan karya sastra.

Situasi dan Kondisi Pengajaran Sastra
Pengajaran apresiasi puisi di sekolah-sekolah mulai dari tingkat SD sampai dengan SMA, berdasarkan pengamatan penulis selama ini belum memenuhi harapan. Situasi dan kondisi pengajaran apresiai puisi di sekolah didominasi oleh pemerian pengetahuan tentang puisi, sejarah puisi, dan belum mengarah pada kegiatan belajar yang apresiatif. Sebenarnya yang dituntut pada kurikulum baik 1994 maupun 2004, yaitu peningkatan kemampuan siswa mengapresiasi puisi yang tidak sekadar dibekali dengan pengetahuan dan sejarah puisi, melainkan juga pemberian pengalaman kreatif mencipta puisi.
Apabila diamati secara cermat menurut perspektif penulis, ada empat kecenderungan yang memberikan gambaran tentang situasi dan kondisi pengajaran apresiasi puisi di sekolah. Pertama, pengajaran apresiasi puisi masa kini lebih didominasi dan cenderung mengarah pada sejarah dan teori puisi. Kedua, pengajaran apresiasi puisi siswa kurang diberi kesempatan meresapi dan mereaksi karya puisi. Ketiga, ada jarak antara pengajaran apresiasi puisi dan perkembangan puisi. Keempat, dalam pengajaran apresiasi puisi siswa kurang diberi kesempatan untuk berlatih mencipta puisi.
Guru dalam hal ini berkewajiban menciptakan situasi  dan kondisi yang kondusif dalam kegiatan belajar-mengajar apresiasi puisi. Situasi dan kondisi yang kondusif adalah situasi dan kondisi yang memungkinkan siswa dapat bersikap reseptif, reaktif, dan aktraktif di dalam kegiatan belajar-mengajar apresiasi puisi.

IMPLEMENTASI STRATEGI RE-KREASI
Istilh re-kreasi dapat diartikan sebagai upaya “penciptaan kembali”. Strategi re-kreasi dalam pengajaran apresiasi puisi merupakan penerapan teknik penciptaan kembali dalam kegiatan belajar-mengajar yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk mencipta puisi berdasarkan unsur-unsur yang terdapat di dalam puisi lain yang pernah dibaca. Istilah re-kreasi ada hubungannya dengan strategi strata. Strategi strata tersebut meliputi tiga tahap, yaitu (1) tahap penjelajahan, (2) tahap interpretasi, dan (3) tahap re-kreasi.
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan pada tahap re-kreasi dalam pengajaran puisi adalah (1) penciptaan kembali sebuah puisi berdasarkan tema puisi lain yang pernah dibaca, (2) penciptaan kembali sebuah puisi berdasarkan nada pada puisi lain yang pernah dibaca siswa, (3) penciptaan kembali sebuah puisi berdasarkan suasana puisi lain yang telah dibaca siswa, (4) penciptaan kembali sebuah puisi berdasarkan latar puisi lain yang telah dibaca siswa, dan (5) penciptaan sebuah parafrase, penyaduran, dan penerjemahan puisi ke dalam bentuk lain. Jadi, pada prinsipnya seorang guru pada pengajaran apresiasi puisi, dapat merekayasa bermacam-macam kegiatan re-kreasi tersebut dan mengimplementasikannya dalam kegiatan belajar-mengajar di sekolah, khususnya di tingkat SMA.

Strategi Re-Kreasi Puisi Berdasarkan Tema
Seiring dengan tuntutan Kurikulum 1994 dan Kurikulum 2004 yang telah memfokuskan titik pandang keberhasilan pendidikan pada siswa, maka strategi re-kreasi sebuah puisi dapat dilakukan berdasarkan tema puisi lain dan diharapkan dapat menunjang keterampilan berbahasa siswa, baik kemampuan berbahasa maupun kemampuan bersastra (mendengar, berbicara, membaca, menulis). Penciptaan kembali sebuah puisi berdasarkan persamaan tema puisi lain juga dapat mengembangkan cipta, rasa, dan karsa siswa serta menunjang pembentukan watak.
Berikut ini disajikan puisi “Tanah Kelahiran karya Ramadhan K.H. sebagai ilustrasi pengimplementasian strategi re-kreasi berdasarkan persamaan tema.


TANAH KELAHIRAN
Seruling di pasir ipis, merdu
antara gundukan pohonan pina
tembang menggema di dua kaki
Burangrang – Tangkubaperahu
Jamrut di pucuk-pucuk
Jamrut di air tipis menurun

Membelit tangga di tanah merah
dikenal gadis-gadis dari bukit
Nyanyikan kentang sudah diganti
Kenakan kebaya merah kepewayangan
Jamrut di pucuk-pucuk
Jamrut di hati gadis menurun
                                                                       
(Ramadhan K.H.)
Puisi di atas bertemakan tentang keindahan alam Priangan, Jawa Barat. Tema keindahan alam dalam puisi Ramadhan K.H. adalah pengungkapan pengalaman indra penyair yang dituangkan dengan cara pelukisan. Pada lukisan tersebut perasaan penyair tampil bersama tanggapan yang tersirat. Bertitik tolak dari tema yang sama, guru dapat mengarahkan siswa untuk melakukan kegiatan re-kreasi. Perlu dipahami strategi dalam re-kreasi ini tentu saja siswa tidak sekadar membuat rekonstruksi lukisan pemandangan alam Priangan, tetapi dapat diarahkan pada penerapan keindahan di tempat siswa berada dan melakukan aktivitas belajar. Misalnya, siswa dalam proses belajar di kota Palu dan diminta melakukan kegiatan re-kreasi berdasarkan tema keindahan alam, maka kemungkinan diciptakan puisi tentang keindahan panorama kota Palu berikut ini.
NGATA BARU
Puncakmu mempesona
Pepohonan bergoyang diterpa angin
Menambah kesejukan setiap insan
Pancaran sinar membuka cakrawala
Menyusuri sela-sela perbukitan

Segalanya tembus pandang di bola mata
Rumah yang megah, cemara menjulang serta air yang bening
Kian menambah kepiawaianmu

Setiap insan tak pernah melupakan
Semuanya takluk di hadapanmu.
                                                                                        (Astrina Marzelia, Siswa SMP)


PANTAI KEHIDUPAN
Angin pantai sore hari
Diringi suara burung
Seakan menjaga kedamaian hati
Suara ombak yang menderu
Membawa ketenangan dalam jiwa ini

Cemara yang menari-nari
Membuatku terpaku dalam lamunan
Aku tak tau apa yamg kurasakan saat ini
Membuatku tak kuasa menahannya
Sungguh …
Inikah kegundahan hidupku

                                                                                         (Andy Khalida, SMA Madani)


Penciptaan puisi “Ngata Baru” dan “Pantai Kehidupan” berdasarkan persamaan tema tentang keindahan alam oleh siswa bernama Astrina Marzelia dan Andi Khalida, terlepas dari kualitas, secara langsung dapat menunjang keterampilan menulis serta keterampilan berbahasa lainnya. Penuangan gagasan tentang keindahan alam ke dalam wujud puisi, secara langsung atau tidak langsung dapat pula mengembangkan daya cipta, rasa, dan karsa siswa, bahkan dapat membentuk karakter, yakni cinta tempat tinggalnya, tanah kelahirannya, atau tempat yang pernah memberikan kekaguman baginya.
Strategi Re-Kreasi Puisi Berdasarkan Suasana
Suasana di dalam konteks ini mengandung pengertian ‘perasaan’ penyair pada saat mencipta puisi. Puisi “Tanah Kelahiran” menyiratkan bagaimana perasaan Ramadhan K.H., perasaan terpesona terhadap kejelitaan tanah kelahirannya. Berdasarkan suasana perasaan yang sama, guru dapat mengarahkan pada siswanya untuk menciptakan puisi baru. Sebagai variasi pengembangannya, guru juga dapat mengarahkan para siswanya untuk menciptakan puisi yang dilandasi suasana terpesona dan kagum terhadap sesuatu.
Guru dalam kegiatan belajar-mengajar dapat mengarahkan para siswanya sesuai dengan tujuan yang ditargetkan. Guru juga dapat menugasi para siswanya untuk menciptakan puisi bermacam-macam suasana  perasaan. Puisi berdasarkan suasana telah tercermin pada puisi karya Irmawati berikut ini.
SAHABATKU SETIA
Hari-hari terus berlalu
Banyak kisah yang kita lewati bersama
Kau adalah suatu yang paling berharga bagiku
Kau bagaikan bunga yang selalu mekar disepanjang hari

Disaat kusedih
Kau selalu mau berbagi canda dan tawa padaku
Disaat kumembutuhkanmu
Kau juga selalu hadir menemaniku

Kau membuat diriku selalu tersenyum
Kau membuat hariku menjadi cerah
Kata-katamu membuat suasana menjadi tentram

Terima kasih sahabatku
Kau adalah segalanya bagiku.
                                                                                       (Irmawati, SMA Madani)



Strategi Re-Kreasi Puisi Berdasarkan Nada
Nada puisi adalah cara penyair mengungkapkan pikiran dan perasaannya (Sumardjo, 1986). Menurut Sudjiman (1984) nada ialah gaya atau cara menulis atau berbicara khas. Kadang-kadang nada tulisan mengungkapkan keadaan jiwa atau suasana hati penulisnya. Setiap puisi yang ditulis oleh penyair tertentu memiliki nada yang khas, sesuai dengan penyair yang bersangkutan. Nada Ramadhan K.H. dalam puisi “Tanah Kelahiran” yaitu perasaan kagum atas keindahan tanah kelahirannya, yaitu tanah Priangan.
Mengacu dari sikap mengagumi tanah kelahiran tersebut, guru secara kreatif dapat menugasi siswa untuk melakukan kegiatan re-kreasi puisi berdasarkan sikap kagum, sikap prihatin, sikap peduli dan sebagainya. Sehubungan dengan itu, guru dapat menugasi siswa untuk melakukan kegiatan re-kreasi puisi berdasarkan nada, maka kemungkinan akan tercipta puisi sebagai berikut.
PENGEMIS DI PASAR TUA
Panasnya matahari membakar jalan raya
Membuat aku lemas
Tetapi tak membauat ia lemas
Ia adalah pahlawan keluarganya

Bekerja tak kenal lelah
Untuk mendapat sesuap nasi
Dan seteguk air

Oh,  sungguh kasihan pengemis itu
Meminta-minta dari mobil ke mobil
Yang berhenti di tepi jalan

Ya Tuhan
Jika ia tidak senang di dunia
Semoga ia bahagia di akhirat nanti

                                                                        (Rangga Duo, SMA Madani )             MEN
Puisi yang diciptakan oleh siswa bernama Rangga Duo tersebut, barangkali dapat menggugah hati karena nadanya sangat memprihatinkan, dan juga sedih karena di dalamnya ada sikap peduli terhadap sesama manusia. Suasana tersebut oleh Rangga Duo telah dirasakan ketika melihat anak-anak yang sedang memulung di pusat keramaian Pasar Tua kota Palu. Strategi re-kreasi yang dilakukan oleh Rangga Duo berdasarkan sikap siswa terhadap keadaan tanah kelahirannya.
Kegiatan re-kreasi berdasarkan persamaan nada atau sikap siswa dapat mendukung pengembangan daya cipta, rasa, dan karsa siswa yang pada akhirnya dapat memperkokoh pembentukan watak yang secara kultural, ideologis, dan pragmatis sangat berguna dalam pembentukan kepribadian siswa.

Strategi Re-Kreasi Puisi Berdasarkan Latar
Latar yaitu yang berhubungan dengan segala keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra (Sudjiman, 1984). Latar dalam karya sastra termasuk puisi adalah keadaan sosial, sejarah, dan sebagainya yang menjelaskan terjadinya lakuan dalam suatu karya sastra. Latar (Setting, Ing.) puisi “Tanah Kelahiran” oleh Ramadhan K.H. dapat dijadikan titik tolak penulisan puisi oleh siswa.
Guru mengarahkan siswa untuk melaksanakan kegiatan re-kreasi puisi berdasarkan bermacam-macam latar. Siswa dapat diminta menciptakan puisi berlatar, Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Ambon, Bali,  Irian Jaya dan sebagainya. Siswa dapat pula diarahkan untuk menciptakan (menulis) puisi dengan latar sosial, latar sejarah, latar agama, dan lain-lain.
Dengan demikian dapat dipetik manfaat yang multiguna dalam upaya mencapai tujuan pendidikan secara universal. Puisi yang mengutamakan latar setempat, khususnya daerah Palu, dapat dirancang dengan meyesuaikan contoh yang ditulis oleh siswa Astrina Marzelia, Andy Khalida, dan Rangga Duo. Namun, substansi puisi lebih mengarah pada bentuk latar. Puisi yang mengutamakan latar setempat, khususnya daerah Watampone, dapat dibaca dalam puisi berikut.

 TANGISAN KAMPUNG HALAMAN
Semilir angin berhembus
Berpadu bersama indahnya pemandangan langit biru
Balutan rumput dan pepohonan hijau bagai beludru
Tertangkap pancaran indera manusia
Watampone, tanah kelahiranku, kampung halamanku

Tebu di sana-sini
Tebu di hamparan tanah yang luas
Bak lukisan Monalisa
                                                         (Ian Afifah Sudarman, SMA  Madani)

Strategi Re-Kreasi Puisi dalam Bentuk Parafrase
Menurut Kamus Istilah Sastra (Sudjiman, 1984) parafrase adalah penguraian kembali isi kalimat atau penggalan teks. Penguraian kembali tersebut dimaksudkan untuk mengungkapkan kembali gagasan atau ide yang terdapat di dalam teks. Prafrase dapat juga diartikan sebagai upaya mengubah suatu bentuk karya sastra ke dalam bentuk lain, misalnya dari bentuk puisi diubah ke dalam bentuk prosa.
Pengubahan bentuk puisi ke dalam bentuk prosa dengan cara parafrase dapat dilakukan dengan bermacam cara. Cara yang ditempuh pada ilustrasi tersebut adalah dengan menambahkan kata-kata di dalam kurung sebagai penanda pertalian baris dan bait puisi. Dengan strategi penambahan kata-kata lain, gagasan atau ide penyair dapat dengan mudah untuk dipahami.
Puisi “Tanah Kelahiran” oleh Ramadhan K.H. dapat diubah ke dalam bentuk parafrase berikut ini. Pengubahan tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan tambahan kata atau tanda baca dengan tidak mengubah makna semula. Penambahan itu dapat ditulis dalam kurung (…) sebagaimana contoh berikut.
(Adalah) seruling (terdengar) di pasir ipis, (.) (Bunyi seruling itu) merdu (di) antara gundukan pohonan pina. (Ada pula) tembang (yang) menggema di (antara) dua kaki (bukit, yakni) Burangrang (dan) Tangkubanperahu. (Ada) jamrut dipucuk-pucuk (daun). (Ada juga) jamrut di air tipis (yang berjalan) menurun. (air itu mengalir dan) membelit tangga di tanah (yang tampak) merah (dan sangat) dikenal (oleh) gadis-gadis dari bukit. (Gadis itu) mengenakan kebaya merah kepewayangan (sambil) menyanyikan kentang (yang) sudah digali. (Begitulah jamrut itu) di pucuk-pucuk (yakni) jamrut (yang) menurun di hati para gadis.

Jadi, pengubahan puisi ke dalam bentuk prosa dengan cara parafrase dapat dilakukan dengan berbagai cara. Artinya, seorang guru harus inovasi dalam menciptakan pengajaran puisi. Kemungkinan hal tersebut dapat menimbulkan motivasi bagi diri siswa untuk berkreasi.
Strategi lain yang dapat ditempuh oleh guru dalam mangarahkan siswanya antara lain (1) menyadur puisi ke dalam bentuk prosa, (2) menterjemahkan puisi berbahasa tertentu ke dalam bahasa lain, dan (3) menulis prosa bebas berdasarkan ide-ide yang terdapat di dalam suatu puisi. Dalam mengajarkan apresiasi puisi, bermacam-macam strategi perlu ditempuh oleh guru. Artinya, guru perlu mengimplementasikan berbagai strategi di dalam pengajaran apresiasi puisi sehingga siswa termotivasi dalam berkreasi menciptakan sebuah puisi.

RE-KREASI DAN REKREASI: SEBUAH ALTERNATIF
Puisi sebagai karya kemanusiaan yang kreatif, imajinatif, dan sugestif dapat berfungsi memberikan pengaruh positif terhadap cara berpikir orang mengenai baik dan buruk, mengenai benar dan salah, dan mengenai cara hidupnya sendiri serta bangsanya (Suyitno, 1986). Konteks kalimat tersebut bermakna bahwa fungsi puisi dalam kehidupan manusia jauh dari hal-hal yang bersifat kebendaan. Dengan demikian kegiatan belajar-mengajar apresiasi puisi selain bisa diarahkan pada kegiatan re-kreasi (penciptaan kembali), hendaknya juga memberikan rekreasi imajinatif yang bersifat spiritual. Puisi selain mencekam perhatian orang yang membacanya juga dapat memberikan kesenangan yang unik. Dalam hubungan ini Horace (dalam Suyitno, 1986) menyatakan bahwa puisi itu berfungsi “dulce et etile”, yakni indah dan berguna. Puisi itu menyenangkan dan memberikan hiburan secara spiritual.
Sehubungan dengan itu, kegiatan re-kreasi yang telah dilakukan dapat didukung dengan kegiatan rekreasi (mendapat hiburan). Hiburan dalm konteks pengajaran apresiasi puisi di sekolah khususnya di SMA Madani Palu, tidak semata-mata berarti puisi yang dapat membuat tersenyum atau tertawa, akan tetapi puisi yang dapat menggelitik kepekaan perasaan, memunculkan kebermaknaan dan kearifan, dan akhirnya memberikan kualitas terhadap kehidupan.
Sebagai akhir tulisan ini, penulis menghimbau bahwa bahan-bahan yang perlu dalam pengajaran apresiasi puisi di tingkat SMA, khususnya kegiatan re-kreasi dan rekreasi diusahakan agar bervariasi. Variasi bahan-bahan pengajaran puisi hendaknya mempertimbangkan (1) bahasa, (2) psikologi, dan (3) latar belakang budaya yang sesuai dengan tingkatan siswa (Rahmanto, 1988).
SIMPULAN
Mengapresiasi puisi berkaitan dengan kegiatan mempertajam perasaan, penalaran, dan imajinasi, serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan lingkungan hidup. Pengajaran apresiasi puisi di SMA, khususnya di SMA Madani tidak cukup hanya dengan pengetahuan dan sejarah puisi semata, melainkan lebih jauh perlu dibekali pengalaman kreatif mencipta puisi dan mengapresiasi puisi secara langsung.
Strategi dapat diimplementasikan dalam pengajaran apresiai puisi di SMA adalah (1) kegiatan re-kreasi, yakni kegiatan belajar-mengajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan pengalaman mencipta puisi, (2) kegiatan rekreasi, yaitu kegiatan belajar-mengajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan hiburan mental-spiritual atau rekreasi imajinatif.
Strategi re-kreasi perlu disertai kegiatan rekreasi. Dalam praktiknya, tiga tahap yang dapat dilalui, yakni (1) tahap penjelajahan, (2) tahap interpretasi, dan (3) tahap re-kreasi dan rekreasi. Implementasi strategi re-kreasi dalam pengajaran apresiasi puisi di sekolah khususnya di SMA, seorang guru hendaknya mempertimbangkan bahan pengajaran berdasarkan bahasan psikologi siswa dan latar belakang budaya siswa.







DAFTAR RUJUKAN

Damono, Sapardi Djoko. 1984. Kesusastraan Indonesia Modern. Jakarta: Gramedia.
Depdikbud. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Depdikbud. 1999. Kurikulum Pendidikan Dasar (Suplemen GBPP) 19994. Jakarta: Depdikbud.

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Depdiknas.

Rahmanto, B (Ed.). 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yoyakarta: Kanisius.
Sudjiman, Panuti. 1984. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Gramedia.
Suhariyanto. 1981. Membina Para Calon Pembina Apresiasi Sastra. Yogyakarta: FKSS IKIP Yogyakarta.
Sumardjo, J. & Saini K.M. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Suyitno. 1986. Sastra, Tata Nilai dan Eksegesis. Yogyakarta: Hanindita.
Wardani, IGAK. 1981. Pengajaran Sastra. Makalah disajikan dalam  Lokakarya di  Malang Tahap ke- 2 Proyek Pengembangan Guru, Malang, 12 Juli.




1 komentar: